Jakarta - Tiga perancang busana: Friederich Herman, Ichwan Thoha, dan Stella Rissa menghadirkan koleksi 2013 dalam Semburat Trend Warna Dulux Colour Futures 2013. Karya mereka diperagakan di Indonesia Fashion Week 2013, baru-baru ini.
Ada lima tema warna yang diusung oleh Dulux dalam tren warna 2013. Lima tema warna tersebut adalah Collective Passion, Switching-Off, The Art of Understanding, Home Factory, dan Visual Solace.
Collective Passion menggambarkan energi, keceriaan, kreativitas, dan tujuan hidup. Tema ini dilengkapi warna-warna pencuri perhatian dan bias warna pastel.
Switching-Off menggambarkan palet kesunyian yang damai, seperti semburat warna salju, embun, serta kejernihan air, mendominasi koleksi ini.
The Art of Understanding menampilkan semburat warna-warna cerah bermandikan sinar matahari. Warna ini menjadi tren warna sebagian rumah mode musim ini, seperti Prada misalnya. Bayangkan cokelat dan cherry, kue makaron, langit biru, buah raspberry dan butiran potongan cokelat asli. Padukan warna-warna ini dengan palet warna netral, Anda akan hidup di alam penuh gaya.
Home Factory terinspirasi dari produksi yang berasal dari industri kecil kini dan menjadi salah satu tulang punggung perekonomian dunia. Warna-warna dalam koleksi ini menggambarkan kemandirian namun kaya akan bias. Terdapat warna merah merona, oranye, tanah liat mediterania, serta hijau terang dan warna-warna biru indigo.
Visual Solace
Palet warna ini menggambarkan keindahan taman kala musim semi tiba, dan semburat warna-warna dari lukisan antik the Old Masters. Dominasi warna ungu menjadi menu utama palet ini, dengan sapuan warna flora pink, perunggu berkilau dan warna-warna bebatuan alam. Keseluruhan impresi adalah menenangkan, lembut dan feminin.
“Warna dapat menggugah emosi, rasa, dan sudut pandang orang yang melihatnya. Hidup pun lebih berarti dengan warna yang menjadi inspirasi sehari-hari”, ujar Mediko Azwar, Marketing Director untuk AkzoNobel Decorative Paint Indonesia.
Nah, koleksi tiga desainer itu mencerminkan lima tema warna tersebut. Mari kita lihat, seperti apa Friederich Herman, Ichwan Thoha, dan Stella Rissa, menerjemahkan lima tema warna tersebut.
Collective Passion & Switching-Off by Friederich Herman
Friederich Herman menerjemahkan konsep Collective Passion dan Switching Off dalam desain yang modern dan kekinian. Ia mendapatkan sumber inspirasi dari keindahan yang tersirat atas rumitnya kehidupan modern saat ini.
“Kehidupan saat ini begitu terhimpit oleh singkatnya waktu. Pencapaian yang hakiki sudah dilupakan, tergantikan oleh apa yang dapat diraih dalam minimnya kesempatan,“ papar desainer muda Friederich.
Dinamika kecepatan hidup ia wujudkan melalui permainan elemen maskulin dan detail motif yang unik. Pola-pola yang berseru lantang tergambar dalam motif elegan dan sensual, mulai dari blazer, blouse dan rok. Ia juga memadukan warna-warna menawan dengan aksen industrial dalam palet warna jet-black pada materi leather. Hasilnya adalah effortless style yang dihasilkan oleh koleksi begitu versatil, dimana maskulinitas dan feminitas berpadu.
Home Factory & Visual Solace by Ichwan Thoha
‘Visual Solace’ bagi Ichwan Thoha seperti jatuh cinta pada pandangan pertama, sekaligus tantangan untuk menginterpretasikan sapuan yang lembut bahkan ringkih. Ia tidak ingin terlena dengan ambience putih kering, ungu lembut, kuning kunyit muda juga off white yang welcome.
“Saya harus melawannya dengan potongan khas saya yang ultra modern, edgy, constructive juga urban tailored,” kata Ichwan.
Seperti sebuah kontradiksi, kelembutan ia kemas dengan ketegasan dan lahirlah koleksi berjudul ‘Contradictory Vol. 2’.
Dalam ilmu biologi terdapat istilah ‘Fotosintesis’ yaitu kemampuan tumbuhan membuat sendiri sari-sari makanannya. Itulah dirasakan Ichwan Thoha setelah melihat sapuan ‘Home Factory’.
Bagaimana sebuah bangsa membangun kekuatan dan kemampuan lokal dalam hal ini industri kreatif yang dikemas secara internasional. Turban, kopiah dengan detail tassel, tunik, ruffles shirt, celana Jodhpur yang berasal dari Timur Tangah, India juga Indonesia, dipadukan dengan coat, jacket, trench coat dan potongan modern lain. Judul koleksi pun melengkapinya, ‘East Meets West’.
The Art of Understanding by Stella Rissa
Koleksi Stella Rissa sangat elegan dan kaya twisted-detail yang rapi dan tidak berlebihan. Referensi dari gaya hipper-feminin masa lalu, sisi sensual perempuan pun diangkat lebih tinggi dari biasannya.
Keseluruhan koleksi menafaskan perempuan utuh, percaya diri, dan bersinar karena kecerdasannya.
Apa saja palet warna yang menjadi inspirasi Stella Risa dalam konsep The Art of Understanding ini? “Vopale pink, sand creeme, dusty purple, dan pastel yellow dikombinasi dengan warna bold merah bata dan biru tile pekat bahan melambai seperti ciffon, cotton silk, dan thin raw silk ditegaskan dengan cotton ottoman, linen, thick raw silk, bahkan kulit,” tegas Stella Rissa.
Atasan dengan gaya drop shoulder berdetail swall neckline, high waisted skirt dengan effect puff-train, dress fitted dengan detail flare pada bagian bawah, dan structured jacket dipadukan dengan rok panjang silk organza yang menerawang. Juga corset dress dengan bentuk rok A line seperti payung dan jump suit dengan celana pallazzo lebar. Koleksi kali ini memberikan napas era 40's - 50's dengan kemasan modern.
Ada lima tema warna yang diusung oleh Dulux dalam tren warna 2013. Lima tema warna tersebut adalah Collective Passion, Switching-Off, The Art of Understanding, Home Factory, dan Visual Solace.
Collective Passion menggambarkan energi, keceriaan, kreativitas, dan tujuan hidup. Tema ini dilengkapi warna-warna pencuri perhatian dan bias warna pastel.
Switching-Off menggambarkan palet kesunyian yang damai, seperti semburat warna salju, embun, serta kejernihan air, mendominasi koleksi ini.
The Art of Understanding menampilkan semburat warna-warna cerah bermandikan sinar matahari. Warna ini menjadi tren warna sebagian rumah mode musim ini, seperti Prada misalnya. Bayangkan cokelat dan cherry, kue makaron, langit biru, buah raspberry dan butiran potongan cokelat asli. Padukan warna-warna ini dengan palet warna netral, Anda akan hidup di alam penuh gaya.
Home Factory terinspirasi dari produksi yang berasal dari industri kecil kini dan menjadi salah satu tulang punggung perekonomian dunia. Warna-warna dalam koleksi ini menggambarkan kemandirian namun kaya akan bias. Terdapat warna merah merona, oranye, tanah liat mediterania, serta hijau terang dan warna-warna biru indigo.
Visual Solace
Palet warna ini menggambarkan keindahan taman kala musim semi tiba, dan semburat warna-warna dari lukisan antik the Old Masters. Dominasi warna ungu menjadi menu utama palet ini, dengan sapuan warna flora pink, perunggu berkilau dan warna-warna bebatuan alam. Keseluruhan impresi adalah menenangkan, lembut dan feminin.
“Warna dapat menggugah emosi, rasa, dan sudut pandang orang yang melihatnya. Hidup pun lebih berarti dengan warna yang menjadi inspirasi sehari-hari”, ujar Mediko Azwar, Marketing Director untuk AkzoNobel Decorative Paint Indonesia.
Nah, koleksi tiga desainer itu mencerminkan lima tema warna tersebut. Mari kita lihat, seperti apa Friederich Herman, Ichwan Thoha, dan Stella Rissa, menerjemahkan lima tema warna tersebut.
Collective Passion & Switching-Off by Friederich Herman
Friederich Herman menerjemahkan konsep Collective Passion dan Switching Off dalam desain yang modern dan kekinian. Ia mendapatkan sumber inspirasi dari keindahan yang tersirat atas rumitnya kehidupan modern saat ini.
“Kehidupan saat ini begitu terhimpit oleh singkatnya waktu. Pencapaian yang hakiki sudah dilupakan, tergantikan oleh apa yang dapat diraih dalam minimnya kesempatan,“ papar desainer muda Friederich.
Dinamika kecepatan hidup ia wujudkan melalui permainan elemen maskulin dan detail motif yang unik. Pola-pola yang berseru lantang tergambar dalam motif elegan dan sensual, mulai dari blazer, blouse dan rok. Ia juga memadukan warna-warna menawan dengan aksen industrial dalam palet warna jet-black pada materi leather. Hasilnya adalah effortless style yang dihasilkan oleh koleksi begitu versatil, dimana maskulinitas dan feminitas berpadu.
Home Factory & Visual Solace by Ichwan Thoha
‘Visual Solace’ bagi Ichwan Thoha seperti jatuh cinta pada pandangan pertama, sekaligus tantangan untuk menginterpretasikan sapuan yang lembut bahkan ringkih. Ia tidak ingin terlena dengan ambience putih kering, ungu lembut, kuning kunyit muda juga off white yang welcome.
“Saya harus melawannya dengan potongan khas saya yang ultra modern, edgy, constructive juga urban tailored,” kata Ichwan.
Seperti sebuah kontradiksi, kelembutan ia kemas dengan ketegasan dan lahirlah koleksi berjudul ‘Contradictory Vol. 2’.
Dalam ilmu biologi terdapat istilah ‘Fotosintesis’ yaitu kemampuan tumbuhan membuat sendiri sari-sari makanannya. Itulah dirasakan Ichwan Thoha setelah melihat sapuan ‘Home Factory’.
Bagaimana sebuah bangsa membangun kekuatan dan kemampuan lokal dalam hal ini industri kreatif yang dikemas secara internasional. Turban, kopiah dengan detail tassel, tunik, ruffles shirt, celana Jodhpur yang berasal dari Timur Tangah, India juga Indonesia, dipadukan dengan coat, jacket, trench coat dan potongan modern lain. Judul koleksi pun melengkapinya, ‘East Meets West’.
The Art of Understanding by Stella Rissa
Koleksi Stella Rissa sangat elegan dan kaya twisted-detail yang rapi dan tidak berlebihan. Referensi dari gaya hipper-feminin masa lalu, sisi sensual perempuan pun diangkat lebih tinggi dari biasannya.
Keseluruhan koleksi menafaskan perempuan utuh, percaya diri, dan bersinar karena kecerdasannya.
Apa saja palet warna yang menjadi inspirasi Stella Risa dalam konsep The Art of Understanding ini? “Vopale pink, sand creeme, dusty purple, dan pastel yellow dikombinasi dengan warna bold merah bata dan biru tile pekat bahan melambai seperti ciffon, cotton silk, dan thin raw silk ditegaskan dengan cotton ottoman, linen, thick raw silk, bahkan kulit,” tegas Stella Rissa.
Atasan dengan gaya drop shoulder berdetail swall neckline, high waisted skirt dengan effect puff-train, dress fitted dengan detail flare pada bagian bawah, dan structured jacket dipadukan dengan rok panjang silk organza yang menerawang. Juga corset dress dengan bentuk rok A line seperti payung dan jump suit dengan celana pallazzo lebar. Koleksi kali ini memberikan napas era 40's - 50's dengan kemasan modern.
Penulis: NAN/RIN
Sumber:Investor Daily
No comments:
Post a Comment